Rabu, 18 Maret 2009

Personifikasi komunikasi melalui Surat

Tiga puluh menit berlalu dilewatkan oleh tiga orang pamong belajar (PB) di salah satu sudut tepat dimana pos satpam berdiri mengawal pintu gerbang masuk (sekaligus keluar) kompleks bangunan megah di belahan utara bandung.
Saat itu, semua perhatian ditujukan pada laga sepakbola Copa Indonesia 2008 antara kesebelasan ‘maung bandung’ dengan kesebelasan Sriwijaya FC. Kesebelasan asal parahyangan ini memiliki pendukung yang menamakan diri ‘viking’. Keberadaan Viking yang merupakan ikon pelaut eropa di tataran sunda sendiri tidak dapat ditelusuri berdasarkan catatan sejarah.
Kekalahan telak maung bandung dari Sriwijaya yang pernah menjuarai Copa Indonesia tahun sebelumnya, menjadikan sepertiga waktu sisa pertemuan itu bergulir menanggapi situasi dan lingkungan pekerjaan.

Fairness NO WAY
Sambil menunggu kehadiran suguhan kopi yang disiapkan petugas satpam sore itu. Perbincangan dimulai dengan kabar dihapuskannya anggaran untuk kegiatan PTK-PNF memenuhi hak pendidikan anak pekerja Indonesia di Malaysia Timur.
“Kegiatan tersebut dikeluarkan dari PTK-PNF” jelas seorang pamong belajar menceritakan kembali keterangan Direktur Jenderal PTK-PNF setelah mengikuti kegiatan di Yogya beberapa waktu berselang. “Menurut Pak Erman: kegiatan tersebut diharapkan didukung oleh PNFI (Direktur Jenderal PNFI, pen.)”. Pamong ini adalah calon tenaga pendidikan yang akan dikirimkan ke malaysia untuk periode pemberangkatan pertama.
Tanggapan disampaikan oleh PB lain yang juga calon tenaga pendidik ke Malaysia pemberangkatan kedua, “Berbeda dengan surat pemberitahuan awal dan rekrutmen peserta yang dikirimkan hingga berlembar-lembar, pembatalan seperti ini tidak satu pun lembar surat ditulis”. Diharapkan, “setidaknya melalui email disampaikan pemberitahuan resmi, kalau memang kertas harus dihemat mengantisipasi dampak krisis finansial”.
Semua calon peserta tenaga pendidik ke Malaysia Timur di awal rekrutmen harus melengkapi persyaratan administrasi. Usaha ini tidak hanya mengorbankan waktu dan materi untuk menyediakan pas foto dari ukuran 2x3, 3x4, dan 4x6 yang berjumlah hampir sepuluh lembar, bahkan juga melibatkan pengorbanan immaterial. Dapat dibayangkan, mereka yang harus melakukan pemotretan untuk memenuhi syarat foto terbaru dan terlanjur menceritakan untuk apa foto diri tersebut. Bahkan kesibukan menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung, tak ayal juga menyita perhatian rekan sekerja. Dari rekan kerja ini, setiap kali berpapasan akan menyapa dengan ujung pertanyaan kapan berangkat dan gambaran mendapatkan penghasilan tambahan dengan mengalami sendiri menjadi TKI di luar negeri.
Jika diuraikan secara detail, persiapan calan peserta saja akan berlainan satu sama lain. Terlebih bagi mereka yang akan pertama kali merasakan ke luar negeri, persiapan dan bekal diri tentu berkorelasi dengan ketakutan dan gambaran hidup di luar negeri.
Maka akan tidak berlebihan, apabila untuk menghormati dan menghargai sejumlah persiapan calon peserta ini dilayangkan sepucuk kabar resmi mengenai ‘status pekerjaan’ dan memberitahukan alasan logis pembatalan atau penundaan program. Sehingga siapa pun, terutama calon peserta tidak berada dalam situasi gamang untuk melangkah di bidang pekerjaan yang semestinya digeluti. Hal ini juga dengan mempertimbangkan, hampir PB ‘calon’ membutuhkan kepastian pembatalan program agar dapat terlibat intens dalam rencana kerja tahunan di instansi masing-masing atau pekerjaan rutin lain.
Pertanyaannya lebih lanjut apakah seperti ini kondisi kerja dan komunikasi yang ingin dikembangkan oleh institusi terhadap persona yang kebetulan adalah pegawai instansi tersebut?

Jumat, 13 Maret 2009

Job Burnout: Kenali Gejala dan Atasi!

Pengantar:
Kesehatan kerja menjadi perhatian penting dalam meningkatkan produktifitas, tidak terkecuali di P2-PNFI Regional I. Untuk itu dalam menambah pemahaman kita, artikel ini dikutip, semoga bermanfaat.
Maaf untuk yang tidak berkenan.


KOMPAS.com (Jumat, 13 Maret 2009) — Sering merasa tertekan, depresi, kelelahan berlebihan, insomnia, perubahan berat badan yang tak sehat, kecemasan, atau bahkan ketergantungan pada zat adiktif karena pekerjaan? Sebagian orang menyadari, tetapi tak jarang mengabaikan gejala-gejala tersebut dan menyangkal bahwa mereka menghadapi masalah. Jika jawabnya ya, bisa jadi Anda mengalami suatu kondisi yang dinamakan job burnout.

Job burnout adalah suatu kondisi fisik, emosi, dan mental yang sangat drop diakibatkan oleh situasi kerja yang sangat menuntut dalam jangka panjang. Jika semakin terkumpul dan tak diatasi, hal ini mengarah ke stres tingkat tinggi.

Penyebabnya antara lain:
Kekurangan kontrol. Mungkin Anda tak bisa membuat keputusan menyangkut pekerjaan Anda. Misalnya, tak bisa menentukan jam kerja Anda sendiri, atau tak bisa menentukan tugas apa yang akan Anda kerjakan. Mungkin Anda tak bisa mengontrol jumlah kerja yang masuk.
Ekspektasi kerja yang tak jelas. Ketidakjelasan mengenai seberapa besar kewenangan yang Anda miliki, dan tak memiliki keberdayaan untuk mengerjakan tugas Anda.
Dinamika ruang kerja yang disfungsional. Rekan-rekan kerja yang tak mendukung, rekan kerja yang usil, bahkan atasan yang meminta pekerjaan terlalu mendetail.
Ketidaksesuaian dalam nilai. Nilai-nilai yang Anda miliki berbeda dari cara perusahaan menjalankan bisnis atau ketidakadilan dalam menghadapi karyawan.
Pekerjaan yang tak disukai. Jika Anda terjebak dalam posisi yang tak Anda sukai, tak sesuai dengan minat dan keahlian, lama kelamaan akan bertemu dengan stres.
Aktivitas ekstrem. Ketika pekerjaan terlalu monoton dan berlebihan, dibutuhkan stamina dan energi lebih agar bisa tetap fokus. Tak heran di penghujung hari Anda akan kehabisan energi dan menghadapi job burnout.

Ketika Anda merasa gejala-gejala di atas tadi sudah merayapi Anda, sebaiknya segera mengambil tindakan. Bicarakan dengan atasan Anda mengenai keluhan-keluhan yang dihadapi. Temui penasihat kesehatan mental atau dokter. Jika kantor Anda memiliki bagian SDM, temui dan bicarakan mengenai kondisi Anda, siapa tahu bisa menemui jalan keluar. Atau, temui psikolog untuk menemukan jenis kerja yang paling cocok untuk Anda, yang tak terlalu banyak tuntutan dan lebih mengena dengan minat.

Keluar dari job burnout bukan mustahil, tetapi dibutuhkan banyak perubahan dan waktu. Buka mata dan pikiran, lalu telaah kembali kemungkinan-kemungkinan Anda untuk keluar dari masalah ini. Jangan biarkan pekerjaan yang banyak menuntut memengaruhi kesehatan Anda. *
C6-09

Artikel Asli dapat diunduh online pada:
http://id.news.yahoo.com/kmps/20090313/tls-job-burnout-kenali-gejala-dan-atasi-8d16233.html